SURABAYA – Vina amalia dr Sp KFR MKed Klin dilantik menjadi dokter spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR), pada Kamis (22/9/2022). Putri kedua dari Mahfud MD itu tidak hanya menyandang gelar spesialis, ia juga telah tuntas menempuh studi magisternya yakni magister kedokteran klinik.
Menjadi putri dari seorang yang terjun di dunia politik, Vina tidak pernah dituntuk ayahnya untuk menekuni dunia yang sama. Ia dibebaskan memilih karirnya sendiri. Satu pesan ayahnya yang selalu dipegang, yakni bertanggung jawab dengan pilihannya.
“Saya mengalir saja. Pesan Abah adalah jujur dan tanggung jawab agar tidak tersandung masalah hukum, ” ujarnya.
Vina dan kakaknya menggeluti bidang yang memang menjadi passion masing-masing. Seperti kakak pertama yang menjadi dokter dan adiknya yang menekuni hukum. Vina sendiri menjadi dokter karena terinspirasi oleh sang kakak sulung.
“Alasan lain juga karena keluarga pernah bilang, dokter ini profesi yang membolehkan kita keluar malam-malam tanpa dijudge. Kalau ditanya kok pulang malam kenapa, kita jawab melayani pasien. Orang sudah tidak memandang buruk lagi, ” tambahnya.
Mengabdi di Probolinggo
Keputusannya menekuni spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi medik juga tidak lepas dari suaminya. Menjadi istri seorang dokter spesialis orthopaedi mendorongnya untuk mengambil spesialis itu. Harapannya saat lulus ia bisa berkolaborasi dengan sang suami.
“Dulu awalnya saya pikir spesialis rehabilitasi medik kaitannya dengan orthopaedi. Ternyata pada saat saya masuk, spesialisasi ini berkaitan dengan banyak bidang. Mulai dari neurologi hingga anak, ” tambah istri dari Angga Fiandana, dr SpOT MKedKlin.
Vina menyebut, tidak semua universitas memiliki pusat rehabilitasi medik. Karenanya ia mengambil spesialis di FK UNAIR. Melanjutkan studi S1 nya yang juga dia tempuh di FK UNAIR.
Setelah lulus, ia akan ikut mengabdi bersama suaminya di RSUD Probolinggo. Itu juga menjadi kesempatan baginya untuk kembali berkumpul dengan suami dan kedua anaknya yang selama menempuh pendidikan dokter spesialis harus terpisah.
Baca juga:
Digitalisasi BUMDes Guna Dukung SDGs
|
Penulis: Ismaya
Editor: Khefti Al Mawalia